lusa adalah hari dimana dulu
dua rasa pernah melebur satu lalu merobohkan perbedaan.
kini aku di tempatkan dalam detik bergulir menit
berganti jam berlalu pudar
seolah jarum-jarumnya berkata,
detak detiknya samar ku dengar
seperti letupan-letupan amarah seolah berujar,
di satu sisi aku meluapkan pada waktu yang menggerus usiaku,
menelan tanya-tanya sampai datang bilur cintaku
**
masih banyak tanya yang berdiam di kepalaku
hingga membuatku enggan melepas masa lalu.
ingin kutarik busur rinduku hingga anak panah cintanya melesat beriring kenangan indah antara kamu dan aku,
**
aku berharap kamu sesap air mata yang hilirnya melewatimu dari hulu tangisku.
tak banyak yang bisa kulakukan kini,
selain menatap dinding hati yang retak.
di ruangnya melingkar labirin
tempat biasa kamu bersembunyi
dan menitip rindu.
jika cintaku hanyalah sebatas tulisan pena
pastilah aku mampu menghapusnya,
namun cintaku bak setumpuk rasa
setinggi himalaya
yang suatu waktu mampu menguburku di tempat endap seribu durja
**
aku berupaya keras untuk akhir kita,
sekeras upaya saat limbung langkah kita.
aku berusaha melembut untuk selaksa kangen,
namun kemana tambatnya kangen
jika terkikis habis.
aku tabur juta-juta tetes harapan di tiap titik jalan mu
yang pangkalnya tepat di jantung cintaku,
keringlah aku jika laju mu kilat diatas roda-roda tiada merasa tetes-tetes.
segudang ikhtiar masih kupunya
tertata rapi di setiap ingatanku padamu.
yang sesekali aku hantar satu persatu walau kembali bergandeng kecewa.
**
dulu, aku berpikir sebuah kata "kekal" memang ada
namun di akhir kebersamaan kita --
membuatku harus belajar mengeja kebahagiaan
dulu, aku percaya jalan cinta tak ada ujungnya
kini, mau tak mau mesti belajar kenal perpisahan.
Dear God, I have one question for you.
For me, to love her as breath for my self,
so why did you make her stop
to loving me?
p