Insane
Pabro Janari
Mari Berjalan Bersama Pikiranku





HomeGuestAbout
category Bukan Puisi

Ah...Cinta


image : google


CINTA menurutku, 'hasil kerja' pikiran dan perasaan, sama halnya dengan marah, kecewa bahkan sedih. Tak bisa dilihat namun setiap orang bisa merasakan.

CINTA itu 'luas', namun jika ada yang dapat 'mengukurnya' ataupun menemukan ujung CINTA, saya meyakini bahwa seorang tsb tidak sedang didalam CINTA.

Lawan kata CINTA mungkin 'benci'. Bagi seorang yang dalam keadaan benci akan CINTA, menurutnya, 'mencintai' dan 'dicintai' itu sama saja. Sama-sama ada kata 'tai-nya'. Egois banget kan?

CINTA tak pernah 'mengkambing hitamkan' .
CINTA selalu menjadi 'penengah'. Namun saat ini banyak yang lihai memutarbalikkan CINTA, dan mencoba merubah sudut pandang agar sebuah 'kebencian' tampak seperti CINTA. Namun kebencian tetaplah kebencian. Sudah tahu kalau itu kebencian tetap saja dipeluk-peluk dicium-cium sambil mengusahakan sudut pandang yang lain agar 'kebencian' itu kembali tampak seperti CINTA.

Dimanapun CINTA selalu membawa kebahagiaan. Maka dari itu, harus pandai 'menciptakan' kebahagiaan bukan cuma 'mencari' kebahagiaan.

CINTA tidak melulu tentang 'menerima' tapi juga dibarengi dengan usaha. Sering kali CINTA keluar dari ranah 'comfort zone' hanya untuk mendapatkan pengakuan dari yang tercinta.

Kejujuran juga sarat akan CINTA, tapi 'berbohong' demi kebaikan juga menunjukkan 'sifat' CINTA. Rumit kan?

::"Aku jahat, Kamipun juga jahat"::
Dari kalimat diatas mungkin terlihat hanya mengutarakan 'kebencian', namun jika kalimat tersebut dikupas lebih dalam ada sebuah 'pengakuan' yang yang mencoba 'menunjukkan' kejujuran.

Dan menurutku yang paling 'aneh' adalah, ketika ada yang rela 'mengubur' karakternya atau rela membuang sifat alaminya hanya untuk 'mengejar' seseorang yang diCINTAinya.

Dan ketika CINTA lama datang kembali,
saatnya mengatakan,
"Piye enak jaman ku to?"
br
back to posts
Comments

UNDER MAINTENANCE